Pendidikan Inklusif Berkeadilan Gender sebagai Pilar Kemajuan Bangsa

 

Pendidikan Inklusif Berkeadilan Gender sebagai Pilar Kemajuan Bangsa

Oleh: Salsabila Fatin (23080560035/PM4AB)

 Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

 

Pendidikan adalah instrumen fundamental dalam membentuk karakter bangsa dan menciptakan masa depan yang berkeadaban. Dalam masyarakat modern yang menjunjung tinggi prinsip demokrasi dan hak asasi manusia, pendidikan seharusnya menjadi ruang yang inklusif bagi semua warga negara, termasuk dalam hal kesetaraan gender. Namun, realitas menunjukkan bahwa ketimpangan gender dalam dunia pendidikan masih menjadi persoalan yang belum sepenuhnya terselesaikan.

Data dari UNESCO (2020) mengungkapkan bahwa lebih dari 129 juta anak perempuan di dunia tidak mengenyam pendidikan, baik pada jenjang dasar, menengah, maupun atas. Situasi ini diperparah oleh kemiskinan, pernikahan dini, serta kuatnya nilai-nilai budaya patriarkis yang memarginalkan peran perempuan dalam ranah publik. Di Indonesia, fenomena serupa masih terlihat di berbagai daerah, di mana perempuan sering kali mendapat prioritas pendidikan yang lebih rendah dibanding laki-laki karena alasan ekonomi dan tradisi sosial.

Kesetaraan gender dalam pendidikan bukan hanya menyangkut jumlah peserta didik laki-laki dan perempuan, tetapi juga mencakup akses yang adil terhadap kualitas pembelajaran, representasi dalam berbagai bidang ilmu, serta lingkungan belajar yang aman dan bebas dari diskriminasi. Isnaini (2022) menjelaskan bahwa bias gender dalam kurikulum, materi ajar, dan interaksi di ruang kelas turut memperkuat stereotip dan membatasi pilihan karier perempuan di masa depan.

Dalam menghadapi tantangan ini, konsep pendidikan inklusif yang berkeadilan gender menjadi penting. Pendidikan inklusif bukan hanya menerima semua peserta didik tanpa diskriminasi, tetapi juga secara aktif mempromosikan keberagaman dan mendorong partisipasi setara. Sekolah dan kampus harus memastikan bahwa setiap siswa, terlepas dari identitas gendernya, memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkontribusi secara optimal.

Era digital memberikan peluang besar untuk memperluas akses pendidikan. Teknologi dapat menjembatani kesenjangan geografis dan sosial, khususnya bagi perempuan yang tinggal di daerah terpencil. Platform pembelajaran daring memungkinkan mereka belajar tanpa harus meninggalkan rumah. Namun demikian, tantangan seperti keterbatasan perangkat digital, minimnya literasi digital, dan kendala jaringan internet masih perlu diatasi secara sistemik.

Untuk itu, upaya konkret dari pemerintah dan lembaga pendidikan sangat diperlukan. Di antaranya melalui program beasiswa afirmatif bagi perempuan, pelatihan guru yang berperspektif gender, revisi kurikulum yang adil, serta penguatan regulasi perlindungan terhadap kekerasan berbasis gender di sekolah dan kampus. Selain itu, kampanye kesadaran publik tentang pentingnya kesetaraan gender dalam pendidikan perlu terus digencarkan.

Penelitian dari World Bank (2018) menunjukkan bahwa jika semua anak perempuan menyelesaikan pendidikan menengah, pertumbuhan ekonomi global akan meningkat secara signifikan. Hal ini membuktikan bahwa investasi pada pendidikan perempuan bukan hanya keadilan sosial, tetapi juga strategi pembangunan nasional yang cerdas dan berkelanjutan.

Kesimpulannya, pendidikan yang berkeadilan gender adalah fondasi penting bagi kemajuan bangsa. Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai dan memberdayakan seluruh warganya secara setara. Oleh karena itu, pendidikan inklusif yang memperjuangkan kesetaraan gender harus menjadi komitmen bersama seluruh elemen bangsa demi terciptanya masyarakat yang adil, toleran, dan maju.

 

Daftar Pustaka:

 

  1. UNESCO. (2020). Global Education Monitoring Report: Gender Equality in Education.
  2. Isnaini, S. I. (2022). Ketimpangan Gender dalam Dunia Pendidikan di Indonesia. Diakses dari: https://scholar.google.com/citations?hl=en&user=15C0mVAAAAAJ
  3. World Bank. (2018). Missed Opportunities: The High Cost of Not Educating Girls. Washington, D.C.

 

Comments